Namaku Annisa. Sudah lebih 10 tahun aku bekerja di Hongkong sebagai TKI (Tenaga Kerja lndonesia). Sekian lama aku bekeria di negeri orang sudah banyak pengalaman yang aku lalui di sini. Dari yang menyenangkan sampai yang menyakitkan. Semua aku terima sebagai pelajaran. Agar aku bisa berkaca pada pengalaman itu. Aku berpikir semua yang aku lalui pasti ada hikmahnya. Sepahit apapun pelajaran hidupku selalu ada hikmah yang bisa aku pelajari.
Aku pernah bekerja di beberapa majikan, tentunya setiap majikan punya perangai yang berbeda-beda. Ada yang baik dan menyayangi, ada juga yang cerewet, pelit sampai yang kejam. Tapi berkat ketelatenanku dan doa semua pihak, aku selalu bisa melaluinya dengan baik. Hingga pada akhirnya majikanku menjadi baik. Aku selalu bisa menyelesaikan kontrak kerjaku sesuai dengan perjanjian.
Disini aku ingin berbagi cerita pada semua pembaca setia Terungkap.info, terutama yang sedang bekerja di Hongkong. Waktu itu, aku bekerja pada sebuah keluarga yang memiliki tiga orang anak dari seorang nenek yang usianya sudah 80 tahun. Aku ditugaskan untuk menjaga nenek itu. Meski sudah bongkok dan sedikit pikun, tapi nenekku masih enerjik dan ingatannya masih baik. Hampir setiap hari ia selalu mengajak aku jalan-jalan ke taman atau ke tempat lain yang menyegarkan. Ia selalu senang bila kuajak keluar rumah. Katanya di rumah terus sumpek.
Hari itu ia mengajak aku berjalan-jalan agak jauh dari biasanya. Entahlah mungkin hari itu nenek sedang senang hatinya. Aku juga senang jika si nenek ngajak jalan-jalan, karena aku juga sumpek kalau di rumah terus.
Rumah nenekku ini jauh dari perkotaan, agak ke pegunungan yang masih jarang rumah dengan udara yang masih sejuk. Kata bosku, tinggal disini lebih baik untuk kehidupan.
Menjelang senja, nenek masih tak mau aku ajak pulang, katanya ia masih ingin duduk-duduk di taman sambil melihat orang yang hilir mudik berjalan kaki. Kebetulan sore itu memang hari libur jadi banyak orang yang berjalan kaki melepas penat.
"Sebentar lagi Nissa, aku masih ingin disini," begitu katanya dalam bahasa Mandarin. Tiba-tiba si nenek berjalan menuju tempat yang penuh dengan rumpun bambu. Di tengah rumpun bambu itu memang ada jalan cukup luas untuk orang berjalan kaki. Jalan itu sengaja dibuat untuk orang-orang yang hendak relaksasi. Tapi mengapa aku merasa khawatir melihat si nenek sendirian berjalan kearah sana. Aku yang sejak tadi membiarkan si nenek berjalan sesuka hatinya terusik juga untuk mengawasinya. Akhirnya aku berdiri dari tempat dudukku dan beranjak menghampiri nenekku. Tapi baru sekitar sepuluh langkah aku berjalan, aku melihat sebentuk makhluk berdiri dibelakang nenekku. Makhluk itu seperti berjalan mengikuti si nenek dari belakang. Jelas dalam pandanganku, makhluk itu manusia berjenis ke lamin laki-laki. Tapi dia menggunakan pakaian compang-camping dengan wajah yang menyeramkan.. tas berwarna coklat tua yang dipakainya robek di sana-sini. Begitupun dengan celana panjangnya, sudah tak berbentuk lagi.
Aku sebenarnya sudah pernah mendengar cerita kalau tempat itu memang angker. Tapi aku tak pernah berpikir akan melihat wujud makhluk mengerikan itu. Yang aku tak mengerti, mengapa si nenek seperti tak merasa dan tak melihat adanya makhluk mengerikan itu. Apakah si nenek memang tidak melihat karena makhluk itu ada di belakangnya.
Sesaat langkahku terhenti, dadaku berdebar kencang, mulutku terkunci. Tak sepatah kata pun yang bisa keluar dari mulut ini. Padahal sejak tadi aku ingin berteriak mengingatkan nenek agar menjauh dari tempat itu. Tapi entah mengapa sepertinya seluruh otot tubuhku tak dapat digerakkan. Kakiku terhenti dan tak dapat dilangkahkan lagi. Aku terpatung memandang kengerian yang ada didepan mataku. Sementara, makhluk itu terus mengikuti langkah nenek yang perlahan mendekati rumpun bambu itu. Nenekku belum menyadari kalau langkahnya diikuti makhluk lain dibelakangnya.
Tapi sesaat kemudian nenekku berpaling ke arahku. Dan aku benar-benar melihat wajah si nenek dalam ketakutan yang teramat sangat. Seperti juga aku, dia hanya bisa melangkah di tempat. Nenek sudah mengangkat roknya untuk berlari, tapi ia tetap saja melangkah di tempat dan tak beranjak dari sana.
Sesaat kemudian aku mendengar teriakan dari sebuah rumah yang jaraknya sekitar 300 meter dari tempat kami berada. Entah kepada siapa orang di rumah itu berteriak, yang pasti bukan ditujukan kepada kami. Tapi kami bersyukur, teriakan itu menyadarkanku dari keterpakuan. Sedetik kemudian aku bisa berlari menghampiri nenek meski dengan rasa takut yang memuncak. Bersamaan dengan langkahku menuju nenek, makhluk mengerikan itu menghilang dari pandanganku. Entah ke mana perginya makhluk itu, mataku tak bisa menangkapnya. Kemudian nenekku juga kembali bisa melangkah dan setengah berlari memburu ke arahku.
"Ayo nek cepat kita pulang," ajaku sambil menarik tangannya setengah berlari. Sampai di rumah kami hanya bisa saling pandang tak mengerti dengan apa yang terjadi di tempat tadi. Nenek sama sekali tak pernah melihat makhluk seperti itu. Dia juga tak bisa menjelaskan kepadaku siapa makhluk yang mengikutinya.
Begitulah pengalaman mengerikan yang pernah aku alami bersama majikanku hari itu. Mudah-mudahan pengalaman ini ada hikmahnya bagi kita semua. Amin.
0 Response to "Hantu Menyeramkan Rumpun Bambu"
Posting Komentar