Penyelidikan langsung dilakukan. Namun, hingga saat belum ditemukan bukti, apakah babi-babi mati di Sungai Huangpu sengaja dibuang atau korban wabah.
Seperti dimuat China Daily, Senin (11/3/2013), bangkai babi ditemukan mulai Kamis lalu, jumlahnya terus bertambah menjadi 900 ekor. Itu ternyata belum semuanya, belakangan 300 ekor lainnya ditemukan di Sungai Huangpu sisi Songjiang. Membuat masyarakat yang tinggal di sekitar sungai makin jijik sekaligus khawatir.
Xu Rong, kepala departemen lingkungan hidup Songjiang mengatakan, 300 bangkai babi terbaru ditemukan Minggu pagi. Sebanyak 12 kapal dikerahkan untuk mengambili bangkai-bangkai itu -- sebelum ia mengundang masalah serius.
Bencana Lingkungan
Keberadaan bangkai-bangkai babi menjadi ancaman bagi lingkungan. Apalagi sungai tersebut adalah sumber air bersih untuk sejumlah penduduk Shanghai
Pejabat dari otoritas penyedia air minum di Sanghai mengklaim, air minum untuk kawasan Songjiang tidak terpengaruh bangkai-bangkai babi itu dan masih memenuhi standar untuk digunakan. Pengelolaan air bersih saat ini sedang diawasi ketat. Tindakan akan segera diambil jika ditemukan kondisi darurat atau abnormal. Air di Songjiang juga kerap dites. Untuk menemukan kandungan E.coli dan bakteri lainnya.
Namun, penduduk masih saja khawatir. "Apakah air itu masih layak minum saat bangkai-bangkai babi ditemukan mengambang di sumbernya," kata salah satu warga Liu Wanqing (60). "Pemerintah bertanggung jawab untuk menyelidiki masalah ini dan menyediakan air bersih untuk masyarakat."
Seorang netizen (pengguna internet) Liuxijunyan mempertanyakan dari mana babi-babi itu berasal. "Kalau begitu banyak babi dibuang ke sungai, pasti ada sesuatu yang salah. Mengapa hewan itu dibuang? Mungkin mereka sakit atau mati."
Asal Usul Misterius
Sementara, Komite Pertanian Shanghai mengatakan belum ada laporan ada wabah penyakit hewan di wilayah cakupannya.
Media lokal melaporkan bahwa bangkai babi mungkin berasal dari peternakan di anak sungai di provinsi Zhejiang.
Sejak musim dingin sampai musim semi ini, sejumlah besar babi meninggal di Desa Zhulin, Jiaxing, yang mata pencaharian penduduknya mayoritas beternak babi. Demikian dilaporkan, Jiaxing Daily 6 Maret 2013.
Desa ini memiliki lebih dari 1.400 kepala keluarga. Hampir semuanya beternak babi. Pada bulan Januari tercatat 10.078 babi mati, giliran 8.326 babi mati bulan Februari. Rata-rata, lebih dari 300 babi mati tiap harinya.
Kandang babi yang penuh sesak yang menyebabkan bakteri mudah berkembang biak, diduga menjadi penyebab hewan-hewan itu rentan penyakit dan akhirnya mati. Namun, tak ada lahan yang cukup untuk mengubur bangkai babi. Akhirnya para peternak memilih jalan mudah: melemparnya ke sungai.
0 Response to "Mengapa Ada 1.200 Bangkai Babi Mengambang di Sungai China?"
Posting Komentar